adalah sebuah komunitas yang berbentuk UMKM dengan fokus dagangnya adalah berjualan tanaman secara online. JOPS sendiri memiliki anggota yang tersebar di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Karena sistem penjualan JOPS sendiri yang hanya melayani pembelian melalui online, maka JOPS harus memaksimalkan penggunaan seluruh online media yang mereka miliki.
Dalam bisnis yang berbasis online, seharusnya JOPS dapat menerapkan teori media social marketing. Menurut Neti (2011) teori social media marketing terdiri dari upaya untuk menggunakan media sosial untuk membujuk konsumen oleh suatu perusahaan, produk atau jasa yang berarti, social media marketing merupakan pemasaran yang menggunakan komunitas-komunitas online, jejaring sosial, blog pemasaran dan yang lainnya.
Namun, dalam realitanya JOPS kurang memaksimalkan penggunaan sosial media yang mereka miliki. Hal ini dapat kita lihat dari sosial media yang mereka miliki yaitu insatgram.
Dalam insatagram JOPS yang dapat dilihat bahwa kurangnya penataan pada setiap postingan yang mereka posting. Selain itu, setiap foto yang mereka posting kurang menarik dan kurang aestetik. Hal ini kemudian berdampak pada kurangnya pemintan banyak orang untuk berkunjung ke halaman Instagram JOPS ini.
Hal ini dapat dilihat dari followers instagram JOPS sendiri yang terbilang sangat sedikit untuk sebuah akun Instagram sebuah komunitas UMKM. Followers Instagram JOPS sendiri hanya berjumlah 885 followers dengan rata-rata like pada setiap postingannya hanya 15 sampai 20 like. Branding yang seharusnya mereka tonjolkan dalam dunia sosial media, nyatanya belum mereka lakukan untuk menarik minat konsumen.
Hal ini tentu saja sangat berbanding terbalik dengan prinsip penjualan JOPS yang hanya melayani penjualan tanaman melalui online. Dengan prinsip yang demikian, seharusnya JOPS harus lebih berfokus untuk membranding produk mereka secara online melalui berbagai sosial media.
Dari permasalahan tersebut, tentu saja muncul beberapa dampak yang diakibatkan. Salah satunya adalah keuntungan atau pendapatan yang diperoleh tentu saja kurang maksimal. Kurangnya branding tentu saja mengakibatkan minat pembelian juga kurang maksimal, ditambah lagi persaingan penjualan tanaman online dipasaran yang juga sudah cukup banyak membuat pendapatan dalam UMKM JOPS ini juga kurang maksimal.
Kurangnya pemanfaatan sosial media secara maksimal juga membawa dampak kurang dikenalnya JOPS oleh orang banyak terutama yang berada di luar daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Semua konsumen yang akan membeli tanaman di JOPS sendiri sejatinya hanya melihat produk yang JOPS jual hanya dari media online, karena JOPS adalah komunitas penjual tanaman yang berbasis online.
Namun jika melihat sosial media mereka yang kurang menarik, tentu saja branding mereka juga dinilai kurang memuaskan konsumen yang membuat konsumen juga kurang tertaruk untuk membeli tanaman di JOPS dan malah memilih membeli tanaman di tempat yang lain. Hal ini tentu saja sangat berdampak pada pendapatan setiap anggota JOPS.
Untuk solusinya yang telah dilakukan JOPS sendiri adalah dengan mengikuti hampir semua event atau pameran yang ada di Yogyakarta. Event ini biasanya dilaksanakan di berbagai mall di Yogyakarta seperti di Sleman City Hall (SCH), Jogja City Mall (JCM),
Hal ini dilakukan JOPS agar komunitas ini lebih dikenal oleh masyarakat luas. Karena mereka kurang dapat menggunakan sosial media secara maksimal, maka langkah yang mereka ambil adalah mengikuti setiap event ini agar penjualan tanaman mereka dapat meningkat dan juga komunitas ini dapat lebih dikenal oleh konsumen.