Waralaba Warteg di Jakarta : Untuk sumber daya manusia (SDM), baik pengelola, tukang masak, maupun pelayan, semua di pilih sendiri oleh Yudi. Sebab, SDM tersebut Yudi datangkan langsung dari kampung halamannya di Tegal.
Selain Warmo di kawasan Tebet, Sahabat Dream yang tinggal di Jabodetabek mungkin pernah mendengar nama Warung Tegal (Warteg) Kharisma Bahari?
Warung makan dengan ciri khas dinding dan kusen berwarna hijau atau oranye ini memang hadir hampir di banyak tempat. Setiap kali berbelok di jalanan ibu kota dan kota-kota penyangganya, bisa jadi kamu menemukan satu atau dua Warteg ini.
Memiliki ratusan cabang, sosok di balik sukses bisnis Warteg Kharisma Bahari ternyata cukup fenomenal. Berasal asli dari Tegal, Jawa Tengah, pemilik Warteg ini bernama Sayudi.
Siapa sangka jika sosok yang hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) mampu sukses berbisnis franchise Warung Tegal (Warteg) di Ibukota. Bahkan rumah makannya ini sudah memiliki cabang hingga 100 unit di seluruh Jabodetabek.
Melalui proses yang cukup panjang, pria yang akrab di sapa Yudi itu sudah berhasil menjalin dengan 750 mitra.
Melansir unggahan video di kanal Youtube fauzie channel, Yudi menceritakan ide membangun bisnis Warteg dimulai saat dia memutuskan hijrah ke Jakarta. Warteg Kharisma Bahari berdiri mulai tahun 1996 dan menjadi pionir waralaba Warteg di ibukota.
Warteg adalah perjuangan Yudi yang bisa di anggap paling berhasil setelah sebelumnya jatuh bangun merintis usaha yang lain.
Berasal dari keluarga petani, Yudi hanya bisa menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Selama bersekolah, Yudi banyak menghabiskan waktu untuk membantu ayah yang berprofesi sebagai seorang petani dan ibu pedagang tempe. .
” Sebelum sekolah harus nganterin dulu ke pasar bantu ibu setelah itu baru sekolah. Setelah itu harus ke sawah untuk bantu bapak,” kata Sayudi.
Setelah beberapa tahun membantu kedua orangtuanya di kampung, Yudi memutuskan untuk mencari peruntungan di ibu kota. Awalnya, dia sempat bekerja sebagai pedagang Asongan di kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Profesi pertamanya di Jakarta
Delapan tahun menjalani profesi pertamanya di Jakarta, Yudi bertekad mengubah nasib dengan membuka bisnis Warung Tegal. Ide ini muncul setelah Yudi memutuskan menikah.
” Setelah menikah masih dagang asongan, kisaran beberapa tahun baru punya warteg kaki lima dengan modal minjam ke mertua dan saudara,” kenang Yudi.
Dengan modal yang serba minimalis, Yudi menjalankan bisnis Warteg dengan sistem aplusan. Dengan sistem ini, Yudi menjalankan warteg waktu selama tiga bulan pertama lalu di lanjutkan oleh pengelola yang lain di warung yang sama.
Dari keuntungan Warteg aplusan dan hasil jualan asonganm Yudi memutuskan membuka warung yang di kelolanya sendiri, tanpa kerjasama dengan orang lain. Keinginan itu terwujud ketika Yudi membangun Warteg pertamanya di daerah Pangeran Antasari, Jakarta Selatan.
“Beberapa tahun kita punya modal terus pingin buka cabang karena saya pingin punya warteg yang di kios bukan kaki lima,” ungkapnya.
Dengan Warteg di jalankan sendiri, Yudi mulai menggunakan nama Warteg Kharisma Bahari. Tak di sangka bisnis warung nasinya itu terus berkembang setiap tahunnya. Kini, cabang Warteg milik Sayudi itu mencapai 750 outlet yang seluruhnya tergabung dalam grup Warteg Kharisma Bahari.
Dari 750 cabang yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya, sebanyak 10 warung merupakan milik Yudi pribadi. Sementara sisanya merupakan Warteg yang di kelola para mitra.
Untuk mendapatkan izin waralaba, Yudi mengenakan tarif berkisar Rp110 juta untuk sebuah Warteg berukuran sedang .
Menariknya untuk sistem franchise yang dikelola Yudi juga mencantumkan sejumlah persyaratan. Untuk sumber daya manusia (SDM), baik pengelola, tukang masak, maupun pelayan, semua dipilih langsung oleh Yudi.
SDM tersebut Yudi datangkan langsung dari kampung halamannya di Tegal. Hal ini di karenakan Yudi ingin membantu mensejahterakan tetangganya di kampung.
” Semua SDM ini saya datangkan dari kampung saya di Tegal. Jadi, saya kenal ataupun rekomendasi dari orang yang sudah saya kenal,” ungkapnya.